Agum Gumelar: ”Lippo Bukan Cukong Saya”

KETIKA nama Samudra Sukardi muncul sebagai salah satu calon Direktur Utama Garuda beberapa bulan lalu, Menteri Perhubungan Agum Gumelar menunjukkan sikap hitam-putih. Lelaki kelahiran Tasikmalaya 57 tahun lalu itu meminta agar Laksamana Sukardi\adik Samudra, yang menjadi Menteri Negara BUMN\tidak mengambil keputusan sepihak. Kelihatannya Agum membenci tindakan yang berbau nepotisme.

Nyatanya kini tentara Baret Merah itu dibicarakan orang karena masalah serupa. Tersiar berita Agum memasukkan kerabatnya dalam beberapa proyek telekomunikasi. Dikabarkan juga istrinya, Linda, ikut sebagai pemegang saham PT Gaharu Sejahtera dan Atlasat Solusindo, dua perusahaan milik kenalan Agum, Cahyadi Kumala alias Kwee Sui Teng, dalam bisnis voice over internet protocol (VoIP).

Pekan lalu, kedekatan bekas Menteri Koordinator Politik, Sosial, dan Keamanan ini dengan para pengusaha dikuak lagi. Rupanya, Ketua Umum PSSI ini telah meminta tiga operator telepon seluler bekerja sama dengan Lippo Telecom. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, wartawan TEMPO Setiyardi dan fotografer Amatoel Rayyani menemui Agum. Berikut ini kutipannya.

Apa yang terjadi dalam kasus VoIP? Pemerintah kan pernah mengeluarkan izin untuk operator VoIP?

Itu merupakan ketidaktertiban. Ketidaktertiban itu berawal dari ketidakjelasan peraturan yang mendukungnya yang sangat interpretatif. Ini berawal dari keputusan Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi, Pak Joop Ave, seolah-olah ke-12 perusahaan itu sudah menjadi operator resmi VoIP.

Mengapa yang diberi izin baru Gaharu dan Atlasat?

Ini kan baru pilot project. Yang melakukan penunjukan adalah Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi. Tapi kedua perusahaan itu cukup bermodal juga.

Kabarnya, istri Anda terlibat di kedua perusahaan tersebut?

Tidak. Kalau Anda bisa membuktikannya, berapa pun uang yang Anda minta akan saya beri. Ini fitnah besar. Saya ini punya banyak teman, tapi saya tidak bisa mengontrol mereka. Ada dua hal yang sangat saya hindarkan: dibenci rakyat dan dipanggil ke Gedung Bundar Kejaksaan. Saya sadar, itu tak mudah. Data Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan menunjukkan departemen yang saya pimpin menjadi pemenang dalam soal KKN.

Benarkah Anda dekat dengan Kwee Sui Teng?

Yang saya tahu dia bernama Cahyadi Kumala. Saya kenal dengannya setelah saya menjadi menteri. Saya percaya dengan filosofi Cina: h1.000 teman masih kurang, 1 musuh sudah kebanyakan.h

Sui Teng memanfaatkan kedekatannya dengan Anda?

Boleh saja dia bilang seperti itu. Tapi saya tidak pernah menganakemaskan seseorang seperti yang dibilang Majalah TEMPO.

Benarkah Sui Teng membangun stadion milik PSSI?

Ya, saya rasa dia memang ikut membangun stadion buat PSSI. Tapi saya lupa stadion yang mana. Jumlahnya pun saya tak tahu. Yang penting, saya tidak terikat dengan dia.

Bukankah Anda bisa dituding ber-kolusi dengan pengusaha?

Ini hal biasa. Dulu, saat saya di Kopassus, Sukanto Tanoto (bekas pemilik Unibank dan bos Kelompok Raja Garuda Mas\Red.) bilang akan membantu saya. Akhirnya, saya minta dia membantu Kopassus dengan membuatkan gedung, lapangan tembak, dan lain-lain. Yang penting, tak ada conflict of interest. Prinsip saya, kalau ada orang yang minta bantuan, sedapat mungkin dibantu. Yang penting dilakukan tanpa pamrih. Kalau sudah ada pamrih, namanya suap.

Mengapa kasus VoIP meledak?

Naluri intelijen saya mengatakan ada orang-orang lama (ia menyebut nama seorang bekas penguasa\Red.) yang sakit hati dengan saya. Saya sedih, pemberitaan soal VoIP sudah sangat memojokkan.

Kabarnya, adik Anda juga ikut dalam proyek 30 ribu satuan sambungan telepon di Manado?

Adik saya yang bernama Gugun memang mulai berbisnis. Boleh saja dia berbisnis di mana pun. Yang penting, segala sesuatu dilakukan secara profesional.

Ke soal lain. Anda meminta Telkomsel, Satelindo, dan Ecxelcom melakukan kerja sama roaming dengan Lippo Telecom?

Ini soal lama. Lippo Telecom punya kendala dalam soal kesetaraan kompetisi dengan mereka yang sudah eksis. Lippo sedang setengah mati. Kasihan kalau sampai mati.

Ini intervensi?

Itu bukan perintah, melainkan permintaan untuk melakukan kerja sama bisnis. Saya enggak mendapat apa-apa dari Lippo. Bukan sombong, saya sudah berkecukupan. Kalau mau ngasih, ke anak buah saya saja.

Tak ada operator yang mau menjalankan permintaan Anda.

Ini adalah persoalan bisnis. Mereka seharusnya bisa melakukan deal bisnis.

Sejak kapan Anda dekat dengan Lippo?

Saya memang sudah lama dekat dengan James T. Riady. Tapi tolong jangan diartikan dia cukong saya.

Jaringan telekomunikasi kita sangat kurang. Apa program yang akan Anda lakukan?

Di Asia Tenggara, densitas jaringan telepon tetap kita paling rendah, hanya 3 persen. Untuk membangun jaringan baru, kita tak punya uang. Nah, saya ingin mengajak sektor swasta ikut membangun. Untuk itu, tarif telepon\yang sekarang ini sangat tak menarik bagi investor\harus dinaikkan.

Bukankah Telkom sudah untung besar?

Benar, Telkom sudah untung Rp 1 triliun lebih. Tapi, untuk mengejar target densitas hingga 9 persen, kita butuh sekitar US$ 4 miliar (sekitar Rp 36 triliun)

One Response

  1. the Freedom to immerse myself in personal and professional development (training and development always seemed to fall off the list of budget priorities in Corporate America);.
    The Negativity Helmet protects you from all these bad thoughts.
    As scary as it is to consider, many of the great entrepreneurial success stories started with a failure or two.

Leave a reply to sukanto tanoto stories Cancel reply